Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Inggris
Role
playing atau disebut juga dengan istilah sosiodrama adalah permainan yang
dilakukan oleh anak didik tentang satu situasi.
Main
peran disebut juga main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi,
atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi
anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygotzky, 1967; Erikson, 1963).
Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:88) mengemukakan pendapatnya mengenai
metode role playing, yaitu, “Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya,
dan dalam pemakainannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.”
Adapun
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997:81) memberikan pendapatkan tentang
metode role playing, yaitu, “Suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan
seseorang, seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dalam
masyarakat.”
Metode
role playing (bermain peranan) pada pengajaran yang direncanakan secara baik,
dapat menanamkan pengertian peranan orang lain pada kehidupan bermasyarakat,
menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain,
menghargai pendapat dan kemampuan orang lain, dan belajar mengambil keputusan
dalam hubungan kerja kelompok.
Metode
role playing (bermain peranan) dalam proses belajar mengajar digunakan apabila:
- Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan
pengertian yang dimaksud.
- Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah
laku dalam situasi sosial tertentu.
- Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan
pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing.
- Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya
berada dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini (yang
disosiodramakan).”
- Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan
penghayatan sendiri mengenai suatu situasi sosial tertentu dengan
mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan keterangan
secara lisan.
- Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya
seseorang bertindak dalam suatu situasi sosial tertentu. Abu Ahmadi, dan
Joko Tri Prasetya, 1997:82).
Keuntungan
penggunaan role playing menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) yaitu:
- Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan
merasakan apa yang dirasakan orang lain.
- Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara
realistis.
- Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
- Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
- Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
- Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
- Memberanikan anak didik berhubungan dengan
masalah-masalah kontroversial dengan cara yang realistis.
- Berguna untuk mengubah sikap.
Adapun
petunjuk dalam pelaksanaan role playing menurut Cheppy H.C. (tanpa tahun:126),
antara lain:
- Berikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih
peranannya sendiri. Mereka akan memerankannya dengan lebih baik apabila
mereka sendiri yang memilih bagiannya. Apa yang telah dipilih barangkali
mempunyai arti tersendiri bagi dirinya.
- Di dalam melaksanakan kegiatan sosiodrama yang pertama
kali sebaiknya guru juga mengambil sesuatu peran. Tindakan ini bisa
menambah kegairahan anak untuk bermain peranan (role playing).
- Diskusikan terlebih dahulu situasi yang akan dimainkan,
tetapi jangan sampai membatasi anak didik tentang apa yang akan diutarakan
dan bagaimana mereka menghayati perannya. Biarkan anak didik menentukan
sendiri.
- Usahakan situasi benar-benar jelas dan terang.
- Diskusikan pelaksanaan sosiodrama tersebut. Diskusi bisa
dimulai dari aktor atau aktris itu sendiri, bagaimana perasaan mereka
setelah bermain.
- Ulangi situasi tersebut, baik dengan bercerita yang sama
maupun tidak.
- Upayakan agar semua pihak bisa mengambil peranan.
Harap diingat bahwa guru jangan
terlalu banyak memberikan aturan-aturan permainan. Sebaliknya, guru justru
memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para siswa. Jika hal itu benar-benar
dilaksanakan, maka situasi sosial yang didramatisasikan akan serupa benar
dengan kejadian yang sesungguhnya. Hal itu akan sangat menguntungkan bagi para
siswa yang menjadi penonton (sekaligus sebagai penilai).
Untuk
meningkatkan kognisi dan psikomotor murid-murid melalui metode role playing
(bermain peranan) ini, setelah dramatisasi itu dilaksanakan, guru mengadakan
diskusi dengan murid secara keseluruhan tentang topik dan pelaksanaan drama tadi.
Dengan demikian, kognisi dan psikomotor murid secara keseluruhan dapat pula
ditingkatkan melalui bimbingan drama tersebut. Jadi, dramatisasi dan permainan
peranan itu menjadi lebih bermakna sebagai suatu metode interaksi edukatif yang
lebih terpadu. Pada kesempatan ini, guru dan murid tetap melakukan pembinaan
konsep dan pengembangan generalisasi sampai kepada menarik
kesimpulan-kesimpulan tentang sosiodrama dan bermain peranan tadi.
Metode
memainkan peran tokoh masyarakat (sociodrama), sangat efektif untuk
menanamkan pengertian-pengertian tentang kehidupan sosial yang sangat asing
bagi siswa. Dengan peran spontan ini seakan-akan anak benar-benar menghayati
dunia yang baru saja diperkenalkan kepadanya.
Sedangkan
materi bahasa Inggris yang dapat dipetaskan melalui metode role playing ini,
misalnya naratif. Dalam pelaksanaannya siswa secara berkelompok diminta untuk
menentukan tema cerita yang akan dipentaskan, misalnya: Cinderella, Malin
Kundang, Snow White, dan sebagainya. Kemudian membuat teks (naskah drama) dan
mempelajarinya secara seksama. Sebelum diadakan pementasan akan lebih baik
apabila dilakukan latihan-latihan, sehingga pada saat tampil sudah dalam
keadaan perfect.
Berdasarkan
penjelaskan di atas, dapat diketahui bahwa metode role playing yang
dipergunakan secara baik dan tepat oleh guru dalam proses belajar mengajar
rupanya mempunyai peranan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar