Tampilkan postingan dengan label PAUD. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PAUD. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Februari 2013


The Difference Between: Approach, Strategy, Method, Technique, and Model
 Approach:
Approach = Assumption. An Approach is a set of correlative assumption about the nature of language and language learning. An approach is treating something in a certain way. Teaching approach is your own personal philosophy of teaching. Approach is a set of assumption (why). An approach is something that reflects a certain model or research paradigm. Approach is a set of theories and principles. Learning approach is the way teacher view the learning process, in which there are learning strategies with all his theories. Learning approaches can be divided into two approaches are student-centered approach and teacher-centered approach.
Strategy:
Strategy usually requires some sort of planning for setting goals. Learning strategies is a teacher of learning activities undertaken with the aim of the learning process that takes place in the classroom can achieve (goals) to effectively and efficiently. In principle, the learning strategy of conceptual plans that will decisions be taken in the learning process. Viewed from the side of the strategy, can be grouped into two general categories: exposition-discovery learning, and group-individual learning. Learning strategy is still conceptual, necessary for the implementation of certain teaching methods.
Method:
Method can be considered as a way of learning that must be taken to realize the plan that has been a teacher in real and practical activities in the classroom to achieve learning activities. Thus, the strategy is “a plan for achieving goals” while the method is “a way for achieving goals”. Method is a settle kind of procedure, usually according to a definite, established, logical, or systematic plan. Method is general way in which activity is conducted. A method is a plan for presenting the language material to be learned and should be based upon a selected approach. Teaching method: refers to how you apply your answer from the question stated in teaching approaches to your day to day instruction in front of your students. Method is defined as a habitual, logical, or prescribed practice or systematic process of achieving certain and results which accuracy and efficiency, usually in a preordained sequence of steps. A method is how to carry out these assumption and theories (how). A method is a set of procedures that describe how to teach a language. A method is the way you apply these theories and principles. A method is an overall plan for the orderly presentation of language material, no part of which contradict, and all of which is based upon the selected approach. There are many methods of learning: lecture, demonstration, discussion, simulation, laboratory, field experience, brainstorming, debates, symposium, and so forth.
Technique:
Technique is the various methods and process developed through knowledge, skill, and experience. Technique is a very specific, concrete stratagem or trick designed to accomplish an immediate objective. Technique is a procedure or skill for completing a specific task. Teaching technique: these are little sneaky tricks we all know and use to get the job done in the classroom. Technique means a systematic procedure, formula, or routine by which a task is accomplished. Techniques are steps to achieve certain goals. Technique is a classroom device or activity and it is more specific than method. A technique is the tools and task you use to make your method succeed. A technique is implementation. Techniques must be consistent with a method and therefore in harmony with an approach. Technique is a practical method or art applied to some particular task or skillfulness in the command of fundamentals deriving from practice and familiarity. Learning techniques is the way in which teacher in carrying out the method of learning.

Model
 Learning model is a frame from the application of an approach, strategy, methods, and techniques of learning. In learning model is series of strategies, methods, and techniques of learning in a single unified whole. Thus the learning model is basically a form of learning which is reflected from start to finish is typically presented by the teacher.

Kamis, 18 Oktober 2012

Topic 4; STORYTELLING DAN GAMES

MEMANFAATKAN STORYTELLING DAN GAMES 
DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK USIA DINI

Mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia—dalam arti akses terhadap bahasa Inggris lebih banyak didapatkan di dalam kelas dan tidak dari lingkungan sekitar, maka guru perlu mengondisikan suasana pembelajaran yang bermakna bagi anak dengan menghadirkan konteks yang sesuai dengan aspek bahasa yang akan diajarkan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan storytelling dan games. Dalam hal ini akan dijelaskan bagaimana mengajarkan bahasa Inggris untuk anak usia dini dengan menggabungkan storytelling dan games.

A. STORYTELLING

Membuat Rencana Pengajaran dan Pembelajaran (Lesson Plan), yaitu Merencanakan langkah-langkah yang akan kita lakukan di dalam kelas penting sekali untuk dilakukan. Dengan melakukannya kita bisa melaksanakan pengajaran dan pembelajaran secara sistematis dalam mencapai tujuan.

Selain itu, kita juga memiliki catatan mengenai apa yang telah kita lakukan dan dapat mereviunya dengan melihat apa yang telah dan/atau belum berhasil dicapai. Keuntungan lainnya adalah kita dapat memberikan routine (kebiasaan) pada anak-anak sehingga lambat laun konteks penggunaan bahasa yang komunikatif dapat terjadi.
Format penulisan lesson plan ini bisa dibuat dengan berbagai cara namun ada beberapa hal yang perlu diketahui dan sebaiknya muncul dalam sebuah lesson plan. Berikut ini adalah cara penulisan lesson plan yang diadaptasikan dari Ellis dan Brewster (1991).
Pertama, satu pertemuan perlu dibagi ke dalam tiga tahapan:
a. Kegiatan awal,
Yang termasuk dalam kegiatan awal adalah;
Membangun hubungan baik dengan anak-anak dengan cara melakukan obrolan ringan dan informal. Misalnya menanyakan akhir pekan mereka atau kegiatan sekolah yang telah mereka lakukan. Ungkapan yang dapat dipakai untuk menanyakan hal tersebut: “How are you children?” “I‟m fine/good/great/…” “How was your weekend?” “My weekend was great/fantastic/…” “Did you enjoy/like the activity yesterday?” “I did.”
Reviu pelajaran yang telah lalu dengan menanyakan: “what did we do last lesson?” “What did you learn yesterday?” 

Pada tahap ini, sebaiknya respons dari anak-anak diterima dengan baik meskipun mereka menyampaikannya dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa mereka memahami pertanyaan yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Namun, untuk memberikan pajanan bahasa Inggris yang lebih banyak pada siswa, usahakan untuk selalu merespons balik tanggapan dari anak-anak tersebut misalnya dengan mengulang jawaban mereka dalam bahasa Inggris.
Jelaskan pula secara singkat tujuan pembelajaran dan informasikan pula kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

b. Kegiatan inti, dan 
Dalam kegiatan inti ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan konsep 3P (Presentation, Practice, Production).
Presentation, memaparkan aspek bahasa yang akan diajarkan. Storytelling atau membacakan cerita pada anak-anak dapat dijadikan kegiatan untuk mengenalkan aspek bahasa yang baru.
Practice, memberikan kesempatan pada anak-anak untuk melatih dan mencoba menggunakan aspek bahasa yang baru dipelajari dengan pengawasan dan dukungan dari guru.
Production, kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan aspek bahasa yang baru saja dipelajari dengan spontan. Hal ini bisa dilakukan melalui games, interview, role-play dan lain-lain di bawah pengawasan guru.

c. Kegiatan akhir.
Mereviu apa yang telah dilakukan dengan menanyakan: “what have we done today?” kesempatan ini dapat digunakan anak-anak untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan partisipasi apa yang telah mereka lakukan.
Selain itu, jika perlu, informasikan pada anak-anak pelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya. Informasikan pula persiapan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran berikutnya.


B. GAMES

Penggunaan Games dalam pengajaran Bahasa Inggris Menurut Shelagh Rixon (1991), ahli EYL dari University of Warwick, Inggris, anak-anak dapat belajar dengan lebih efektif melalui kegiatan yang menyenangkan, salah satunya adalah melalui games. Namun perlu diingat , sebagaimana yang dikatakan John Dewey, seorang ahli perkembangan anak, bahwa bersenang-senang tidaklah cukup. Dalam kegiatan yang menyenangkan tersebut perlu disisipkan pula kegiatan yang dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Banyak games yang bisa digunakan dalam mengajarkan bahasa Inggris, di antaranya games yang biasa dilakukan oleh anak-anak Inggris dalam bermain atau bahkan mengadaptasikan permainan anak-anak Indonesia.
Contoh-contoh Games sebagai tindak lanjut storytelling
1. Action Game
Anak-anak menirukan gerakan yang disebutkan dalam cerita. Misalnya, kita bisa mereviu kembali siklus metamorfosis kupu-kupu dengan melakukan hal berikut ini:
Telur: suruh anak-anak memegang lutut mereka dan jongkok serta melingkarkan tubuh mereka seakan-akan mereka adalah telur.
Ulat: bergerak-geraklah dan menggeliut seperti ulat.
Kepompong: merangkak menuju sleeping bag (atau kalau tidak ada bisa diganti dengan sarung) dilengkapi dengan berbagai macam kain berwarna-warni.
Kupu-kupu: anak-anak muncul dari dalam sarung tersebut dengan mengibas-ngibaskan kain-kain berwarna-warni tersebut seakan-akan mereka adalah kupu-kupu yang baru saja menetas dari kepompong.

2. What’s missing?
Permainan ini dapat digunakan untuk menghapalkan kosakata yang baru saja dipelajari/disebutkan dalam cerita namun tidak dengan “menghapal tradisional‟. Caranya adalah dengan menggunakan gambar yang ditempelkan pada papan tulis. Jumlah gambarnya bisa disesuaikan dengan jumlah siswa tapi sebaiknya batasi sampai dengan 10 gambar. Mintalah anak-anak untuk melihat gambar-gambar tersebut dan berusaha mengingatnya kemudian minta mereka menutup mata sementara itu ambillah beberapa gambar di papan. Kemudian minta mereka untuk membuka mata kembali dan menyebutkan apa yang hilang. Tanyakan “What‟s missing?” pada salah satu anak kemudian ajukan pertanyaan lanjutan dengan “Is he or she right?” Apabila jumlah siswa dalam kelas banyak maka mereka bisa dibagi dalam dua kelompok dan lakukan prosedur seperti di atas secara bergantian oleh tim-tim tersebut. Setiap kali seorang anak dari sebuah tim menjawab dengan benar maka tim tersebut mendapat poin.

3. Simon says
Gambar-gambar yang tadi dibuat untuk permainan di atas (No. 2) bisa dipakai pula untuk permainan ini. Caranya: “Simon says show me a plum!” “Simon says put the plum down‟” “Simon says put the oranges in the basket”

4. Hide and Seek
Seorang anak diminta untuk meninggalkan kelas sementara yang lainnya menyembunyikan sebuah barang. Kemudian anak tersebut diminta kembali dan menerka di mana barang tersebut disembunyikan. Contoh: “Is it under the table?” Kegiatan ini bisa digunakan untuk melatih penggunaan preposition dan kata benda (noun).

5. Miming
Seorang anak dapat memperagakan seekor binatang, pekerjaan, atau apa saja yang dia pilih, teman-teman lain harus menerka apa yang sedang mereka peragakan tersebut. Contoh: “Is it …..?” “Are you a ….?”

6. Bingo
Siapkan gambar dan gantungkan pada papan. Kemudian siapkan grid (tabel berisi 9 kotak/3X3). Mintalah anak-anak untuk memilih beberapa gambar yang digantung pada papan tadi dalam kotak yang sudah disiapkan tadi. Satu kotak satu gambar berbeda. Setelah siap, tunjuk salah satu gambar di papan sercara acak dan katakanlah “This is a….”. mintalah anak-anak untuk melihat tabel mereka dan jika mereka memiliki gambar tersebut maka mereka harus mengatakan “I’ve got a…” kemudian menutup kotak tersebut dengan kertas/dadu/dll. Anak yang berhasil menutup seluruh kotaknya adalah pemenang permainan Bingo ini.

7. Whisper race
Anak-anak dibagi ke dalam beberapa tim. Salah satu anak dari setiap tim diberi daftar kata-kata yang harus mereka hapalkan kemudian whisper (berbisik) pada teman di belakangnya kata-kata tersebut. Kemudian anak berikutnya harus melakukan hal yang sama sampai pada anak terakhir dalam tim. Kemudian anak yang terakhir tadi harus melihat daftar aslinya dan membandingkan apa saja yang hilang atau berubah.

8. Market game
Seorang anak memulai permainan ini dengan mengatakan “I went to market and bought a pie.” Anak berikutnya harus melanjutkan dengan menambahkan satu benda lagi pada kalimat tersebut. “I went to market and bought a pie and chocolate cake.” Lakukan hal serupa untuk anak berikutnya.

Kesimpulan 
Kegiatan yang menyenangkan melalui games merupakan keniscayaan dalam pengajaran bahasa Inggris untuk anak, namun perlu diperhatikan jangan sampai kita terjebak dalam kondisi “yang penting anak senang dan rame”. Selalu perhatikan proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa yang bisa dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, salah satunya dengan cara membuat lesson plan yang direncanakan secara matang dengan memperhatikan latar belakang dan kondisi siswa.

Kamis, 04 Oktober 2012

Topic 3; Bermain Peran (Role Playing)

Pengaruh Bermain Peran (Role Playing) dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Inggris


Role playing atau disebut juga dengan istilah sosiodrama adalah permainan yang dilakukan oleh anak didik tentang satu situasi.
Main peran disebut juga main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygotzky, 1967; Erikson, 1963).
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:88) mengemukakan pendapatnya mengenai metode role playing, yaitu, “Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakainannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.”
Adapun Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997:81) memberikan pendapatkan tentang metode role playing, yaitu, “Suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang, seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat.”
Metode role playing (bermain peranan) pada pengajaran yang direncanakan secara baik, dapat menanamkan pengertian peranan orang lain pada kehidupan bermasyarakat, menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain, dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok.
Metode role playing (bermain peranan) dalam proses belajar mengajar digunakan apabila:
  1. Keterangan secara lisan tidak dapat menerangkan pengertian yang dimaksud.
  2. Memberikan gambaran mengenai bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi sosial tertentu.
  3. Memberikan kesempatan untuk menilai atau memberikan pandangan mengenai suatu tingkah laku sosial menurut pandangan masing-masing.
  4. Belajar menghayati sendiri keadaan “seandainya saya berada dalam situasi sosial seperti yang dialami sekarang ini (yang disosiodramakan).”
  5. Memberikan kesempatan untuk belajar mengemukakan penghayatan sendiri mengenai suatu situasi sosial tertentu dengan mendramatisasikannya di depan penonton dan bukan memberikan keterangan secara lisan.
  6. Memberikan gambaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam suatu situasi sosial tertentu. Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya, 1997:82).
Keuntungan penggunaan role playing menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) yaitu:
  1. Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
  2. Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
  3. Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
  4. Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
  5. Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
  6. Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
  7. Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah kontroversial dengan cara yang realistis.
  8. Berguna untuk mengubah sikap.
Adapun petunjuk dalam pelaksanaan role playing menurut Cheppy H.C. (tanpa tahun:126), antara lain:
  1. Berikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih peranannya sendiri. Mereka akan memerankannya dengan lebih baik apabila mereka sendiri yang memilih bagiannya. Apa yang telah dipilih barangkali mempunyai arti tersendiri bagi dirinya.
  2. Di dalam melaksanakan kegiatan sosiodrama yang pertama kali sebaiknya guru juga mengambil sesuatu peran. Tindakan ini bisa menambah kegairahan anak untuk bermain peranan (role playing).
  3. Diskusikan terlebih dahulu situasi yang akan dimainkan, tetapi jangan sampai membatasi anak didik tentang apa yang akan diutarakan dan bagaimana mereka menghayati perannya. Biarkan anak didik menentukan sendiri.
  4. Usahakan situasi benar-benar jelas dan terang.
  5. Diskusikan pelaksanaan sosiodrama tersebut. Diskusi bisa dimulai dari aktor atau aktris itu sendiri, bagaimana perasaan mereka setelah bermain.
  6. Ulangi situasi tersebut, baik dengan bercerita yang sama maupun tidak.
  7. Upayakan agar semua pihak bisa mengambil peranan.
Harap diingat bahwa guru jangan terlalu banyak memberikan aturan-aturan permainan. Sebaliknya, guru justru memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para siswa. Jika hal itu benar-benar dilaksanakan, maka situasi sosial yang didramatisasikan akan serupa benar dengan kejadian yang sesungguhnya. Hal itu akan sangat menguntungkan bagi para siswa yang menjadi penonton (sekaligus sebagai penilai).
Untuk meningkatkan kognisi dan psikomotor murid-murid melalui metode role playing (bermain peranan) ini, setelah dramatisasi itu dilaksanakan, guru mengadakan diskusi dengan murid secara keseluruhan tentang topik dan pelaksanaan drama tadi. Dengan demikian, kognisi dan psikomotor murid secara keseluruhan dapat pula ditingkatkan melalui bimbingan drama tersebut. Jadi, dramatisasi dan permainan peranan itu menjadi lebih bermakna sebagai suatu metode interaksi edukatif yang lebih terpadu. Pada kesempatan ini, guru dan murid tetap melakukan pembinaan konsep dan pengembangan generalisasi sampai kepada menarik kesimpulan-kesimpulan tentang sosiodrama dan bermain peranan tadi.
Metode memainkan peran tokoh masyarakat (sociodrama), sangat efektif untuk menanamkan pengertian-pengertian tentang kehidupan sosial yang sangat asing bagi siswa. Dengan peran spontan ini seakan-akan anak benar-benar menghayati dunia yang baru saja diperkenalkan kepadanya.
Sedangkan materi bahasa Inggris yang dapat dipetaskan melalui metode role playing ini, misalnya naratif. Dalam pelaksanaannya siswa secara berkelompok diminta untuk menentukan tema cerita yang akan dipentaskan, misalnya: Cinderella, Malin Kundang, Snow White, dan sebagainya. Kemudian membuat teks (naskah drama) dan mempelajarinya secara seksama. Sebelum diadakan pementasan akan lebih baik apabila dilakukan latihan-latihan, sehingga pada saat tampil sudah dalam keadaan perfect.
Berdasarkan penjelaskan di atas, dapat diketahui bahwa metode role playing yang dipergunakan secara baik dan tepat oleh guru dalam proses belajar mengajar rupanya mempunyai peranan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Kamis, 27 September 2012

Topic 2; Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini Melalui Music and Movement (Gerak dan Lagu)


Menumbuhkan Minat Belajar Bahasa Inggris Anak Usia Dini Melalui Music and Movement (Gerak dan Lagu)



Kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa Inggris sangatlah dibutuhkan seiring dengan kemajuan sebuah negara. Karenanya pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mulai diperkenalkan sedini mungkin kepada anak didik di Indonesia saat ini.

Mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, tentunya proses pembelajarannya memerlukan pendekatan yang tepat dan efektif. Keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang guru dalam menyajikan proses kegiatan belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi anak..

Periode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalah antara umur nol sampai delapan tahun. Segala macam aspek dalam berbahasa harus diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir.

Pada periode sensitif ini sangat penting diperkenalkan cara berbahasa yang baik dan benar, karena keahlian ini sangat berguna untuk berkomunikasi dengan lingkungannya (Maria Montessori,1991). Berdasarkan teori tersebut, adalah tepat jika Bahasa Inggris mulai diperkenalkan kepada anak sedini mungkin.

Mengingat Bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia, maka proses pembelajarannya harus dilakukan secara bertahap. Pemilihan materi yang sesuai dengan usia anak dan situasi belajar yang menyenangkan haruslah menjadi perhatian utama dalam berhasilnya suatu proses pembelajaran.

Keberhasilan proses pembelajaran Bahasa Inggris pada anak usia dini tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:

  1. Guru yang berkualitas, guru yang dapat menghidupkan proses kegiatan belajar mengajar.
  2. Sumber dan fasilitas pembelajaran yang memadai dan memenuhi syarat adekuat).
  3. Kurikulum yang baik, sederhana, dan menarik (atraktif).

Di sisi lain perlu dipahami bahwa usia dini adalah usia bermain. Setiap anak adalah pribadi yang unik dan dunia bermain serta bernyanyi merupakan kegiatan yang serius namun mengasyikan bagi mereka. Maka pendekatan yang tepat perlu diciptakan oleh seorang pendidik agar proses pembelajaran Bahasa Inggris lebih menarik dan menyenangkan tanpa meninggalkan kaidah-kaidah bahasa yang benar.

Pendekatan yang digunakan hendaknya sejalan dengan tujuan pengenalan bahasa pada umummnya. Tujuan tersebut ialah supaya anak dapat memahami cara berbahasa yang baik dan benar, berani mengungkapakan ide atau pendapatnya dan dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris banyak metode dan teknik yang dapat digunakan, di antaranya melalui:

a.      Story Telling (Bercerita)
b.     Role Play (Bermain Peran)
c.     Art and Crafts (Seni dan Kerajinan Tangan)
d.     Games (Permainan),
e.      Show and Tell,
f.      Music and Movement (Gerak dan Lagu) dimana termasuk di dalamnya Singing (Nyanyian)−Chants and Rhymes (Nyanyian Pendek dan Sajak), dan sebagainya.

Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorang pendidik di dalam mengembangkan dan memanfaatkan metode dan teknik tersebut sangatlah dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik.

Berdasarkan pengamatan penulis, ternyata Music and Movement adalah metode yang sangat berhasil jika digunakan dalam proses belajar Bahasa Inggris khususnya bagi anak usia dini. Karena pada hakekatnya Music (Musik)adalah seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Jadi musik ataupun lagu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan dapat digunakan sebagai sarana dalam sebuah proses pembelajaran.

Sedangkan Movement yang berarti gerakan, berasal dari kata dasar gerak. Dan ‘gerak’ memiliki makna, suatu peralihan tempat (adanya aktifitas) yang dilakukan setelah ada dorongan (batin/perasaan). Aktifitas gerakan dapat timbul setelah seseorang mendengarkan lagu/nyanyian. Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka istilah ‘gerak dan lagu’ , itu untuk mengartikan Music and Movement.

Menggunakan Music and Movement sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris dan menyajikannya secara menarik dan menyenangkan dalam sebuah proses kegiatan belajar mengajar, dapat membantu anak untuk lebih senang dan giat belajar serta memudahkan anak untuk memahami suatu materi ajar. Karena dalam melakukan kegiatan belajar anak diajak untuk melakukan dan memperagakan suatu gerakan yang sesuai dengan makna dari lagu yang dinyanyikan. Jadi gerak dan lagu merupakan suatu aktifitas yang sangat menyenangkan bagi anak. Untuk itu, Music and Movement digunakan sebagai motivator di dalam proses belajar Bahasa Inggris pada anak usia dini.

Alasan Gerak dan Lagu perlu Digunakan dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

Music and movement memegang peranan penting dalam proses tumbuhkembangnya seorang anak. Musik dapat memperkaya kehidupan rohani dan memberikan keseimbangan hidup bagi anak. Melalui musik, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan hatinya serta dapat mengendalikan aspek emosionalnya.

Adapun nyanyian adalah bagian dari musik. Nyanyian berfungsi sebagai alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan untuk berkomunikasi. Pada hakikatnya nyanyian bagi anak-anak adalah sebagai:

1.      Bahasa Emosi, dimana dengan nyanyian anak dapat mengukapkan perasaannya, rasa senang, lucu, kagum, haru.
2.      Bahasa Nada, karena nyanyian dapat didengar, dapat dinyanyikan, dan dikomunikasikan.
3.      Bahasa Gerak, gerak pada nyanyian tergambar pada birama (gerak/ketukan yang teratur), pada irama (gerak/ketukan panjang pendek, tidak teratur), dan pada melodi (gerakan tinggi rendah).

Dengan demikian bernyanyi merupakan suatu kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak. Secara umum menyanyi bagi anak lebih berfungsi sebagai aktivitas bermain dari pada aktivitas pembelajaran atau penyampaian pesan.

Menyanyi dapat memberikan kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan bagi anak sehingga dapat mendorong anak untuk belajar lebih giat (Joyful Learning). Dengan nyanyian seorang anak akan lebih cepat mempelajari, menguasai, dan mempraktikkan suatu materi ajar yang disampaikan oleh pendidik. Selain itu kemampuan anak dalam mendengar (listening), bernyanyi (singing),berkreativitas (creative) dapat dilatih melalui kegiatan ini.

Sementara gerakan (movement) merupakan bahasa tubuh. Anak mengekspresikan perasaannya melalui aktivitas gerakan setelah mendengarkan nyanyian. Anak mempunyai hubungan yang aktif dalam merespon nyanyian. Melalui gerak dan olah tubuhnya akan dapat digambarkan apa yang dirasakan dan dimengerti oleh anak tersebut terhadap musik nyanyian. Aktifitas gerakan itu sendiri sangat dibutuhkan bagi anak usia dini dalam melatih dan mengembangkan motorik kasar mereka.

Jadi bernyanyi untuk anak-anak bukan saja menyuarakan lagu, tapi sekaligus membawakan isi dan makna nyanyian, serta meragakan nyanyian dengan gerak seperti gerak bebas atau gerak tari. Untuk itu alangkah baiknya bila guru dapat memanfaatkan dengan baik Musik and Movement dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Nyanyian yang Baik untuk Anak-Anak

Pemilihan sebuah nyanyian (lagu) yang akan disajikan dalam proses pembelajaran haruslah sesuai untuk anak dan dapat menunjang tema ajar yang akan disampaikan. Nyanyian yang baik dan sesuai untuk anak-anak, adalah antara lain:

1.      Nyanyian yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak (aspek fisik, intelegensi, emosi, social);
2.      Nyanyian yang bertolak dari kemampuan yang telah dimiliki anak;
a.      isi lagu sesuai dengan dunia anak-anak;
b.     bahasa yang digunakan sederhana;
c.     luas wilayah nada s epadan dengan kesanggupan alat suara dan pengucapan anak; dan
d.     tema lagu, antara lain; mengacu pada kurikulum yang digunakan.

Meskipun banyak buku sumber maupun CD/VCD yang bisa dipakai, namun faktor yang terpenting adalah kemampuan seorang guru di dalam memilih, menggunakan dan mengembangkan nyanyian yang ada agar nyanyian tersebut dapat disajikan dan dipahami oleh anak secara baik tanpa melupakan kaidah berbahasa Inggris yang baik dan benar.

Cara Menggunakan Music and Movement dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pada anak usia dini, lebih menekankan pada pengenalan akan perintah-perintah dasar (Basic Instructions) dan pengetahuan akan nama-nama benda atau objek yang ada di sekitar mereka (Vocabulary). Maka pemanfaatan Music and Movement dalam KBM dapat dilakukan sebagai berikut;

Ketika Baru Masuk Kelas

Untuk mendapatkan atensi anak sebelum memulai pembelajaran, anak diajak untuk dapat duduk baik dengan hati yang senang (tidak dalam keadaan terpaksa). Hal ini dilakukan dengan mengajak anak menyanyikan lagu sambil menggerakkan anggota badan.

Misalnya dengan menyanyikan lagu “Sit Together” (Tune: Where Is Thumbkin?)

Sit together, sit together,
Look at me, look at me,
I am good, I am good,
Look at me, look at me.

Nyanyian (lagu) ini dapat dinyanyikan dengan posisi anak duduk membentuk lingkaran di lantai, dan bernyanyi dengan gerakan menepuk paha masing-masing. Guru sebagai model haruslah dapat menghidupkan suasana kelas agar anak merasa nyaman dengan lagu dan gerakan yang dinyanyikan bersama. Melalui nyanyian ini anak diharapkan dapat memahami makna dari lagu yang mereka nyanyikan.

Sebagai Pembuka (Doa dan Salam)

Setiap proses belajar hendaknya diperkenalkan juga kepada anak untuk berdoa dan saling mengucapkan salam. Melalui kegiatan berdoa pendidik dapat mengenalkan dan membina anak agar selalu dekat kepada Tuhan. Sebelum maupun sesudah melakukan aktivitas anak dapat diajak menyanyikan lagu doa, misalnya: lagu “ Morning Prayer” sebelum melakukan kegiatan.

Dear Lord,
Thank you for today,
Thank you for the school,
Thank you for the teachers and friends,
Help us to learn, help us to listen,
In Allah' Name. We pray, Amien.

Nyanyian ini hendaknya dilakukan dengan posisi anak berdoa. Mengajak anak untuk saling menyapa dengan baik dapat dilakukan dengan menyanyikan, misalnya:

lagu “ Hello-hello”

Hello,hello, hello and how are you?
I’m fine, I’m fine, I hope that you are too.

Ketika lagu ini dinyanyikan, anak diajak untuk saling melambaikan tangannya sebagai gerakan menyapa.

Mengucapkan salam dalam bahasa Inggris (Greeting), dapat juga dikenalkan melalui nyanyian, misalnya: lagu “Good Morning”. (Tune: Where Is Thumbkin?)

Good morning, good morning,
How are you? How are you?
Very well, I thank you.
Very well, I thank you.
How about you, how about you?
Good afternoon, good afternoon,
How are you? how are you?
Very well, I thank you,
Verry well I Thank You,
How about you, ? How about You?

Nyanyian-nyanyian tersebut hendaknya dapat dinyanyikan pada setiap proses pembelajaran berlangsung, karena penggulangan (Repetition) sangat diperlukan bagi anak usia dini dalam mempelajari hal yang baru.

Sebagai Apersepsi

Sebagai pengantar pembelajaran suatu materi ajar, guru dapat menggunakan nyanyian sebagai appersepsinya.

Contoh: Ketika mengajar dengan tema wajahku, guru dapat mengajak anak menyanyi antara lain: lagu “Happy Face” (Tune: Head and Shoulders)

Eyes, ears, mouth and nose, mouth and nose 2x
Show your happy face, smile… and laugh...,
Eyes, ears, mouth and nose, mouth and nose.

Demikian juga ketika mengajarkan tema-tema ajar lainnya, seperti tema transportasi dapat juga menggunakan lagu misalnya, “The Train”, untuk tema binatang banyak nyanyian yang bisa digunakan, antara lain, “When I Went To The Farm”, “Five Little Speckled Frogs”. Tema tentang keluarga dapat juga diperkenalkan misalnya melalui lagu “Happy Family”, dll.

Masih banyak nyanyian (lagu) anak-anak yang dapat dinyanyikan untuk appersepsi ini. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah, nyanyian yang dipilih haruslah sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan dan tingkat perkembangan kejiwaan anak.

Dalam Pembelajaran Inti

Pada saat kegiatan belajar mengajar berjalan, guru dapat menyelingi dengan nyanyian, bahkan dalam pembelajaran salah satu aspek bahasa itu sendiri, seperti pelafalan atau pengucapan, nyanyian dapat digunakan sebagai materi ajar.

Contoh: Untuk mengajarkan bunyi dari suatu huruf (Phonics Sound), misalnya kita dapat belajar sambil bernyanyi “Letters Sounds

Ants on the apple, a, a, a,
Ants on the apple, a, a, a,
Ants on the apple, a, a, a,
‘a’ is the sound of ‘A’,
Balls are bouncing b, b ,b,
Balls are bouncing, b, b, b,
Balls are bouncing, b, b, b,
b’ is the sound of ‘B’,…..demikian seterusnya.

Ketika anak menyanyikan lagu ini, guru dapat sambil menunjukan kartu huruf yang dimaksud. Sehingga diharapkan anak dapat memahami bentuk hurufnya secara visual dan melafalkan bunyinya dengan baik dan benar. Contoh lain dapat dicari dari berbagai sumber yang sudah ada, atau juga diciptakan oleh guru sendiri dengan mempertimbangkan kesesuaian antara situasi dan kondisi serta materi yang akan disampaikan.

Nyanyian sebagai materi ajar, di dalam pembelajarannya tidak hanya dinyanyikan tetapi juga dibaca dan dipahami oleh anak. Karenanya materi nyanyian harus disesuaikan dengan usia anak, agar menyanyi menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan bukan menjadikan beban.

Sebagai Penutup Kegiatan Belajar Mengajar

Setelah menyelesaikan proses KBM anak diajak untuk merapikan semua perlengkapannya sambil bernyanyi, misalnya dengan lagu “Clean Up Time”.

Clean up time! Clean up time!
Everything will look just fine,
We’ll pick up the things and put them all away,
We can use another day.

Melalui kegiatan ini anak dapat dilatih untuk mandiri dan mengembangkan rasa tanggung jawab mereka.

Untuk mengakhiri proses KBM nyanyian dapat juga digunakan sebagai salam penutup, misalnya lagu:

“Good Bye”
Good bye, good bye everybody,
Good bye, good bye everyboby,
Good bye, good bye everybody,
See you next time again.

Dengan proses kegiatan belajar mengajar yang menarik dan variatif, tentunya dapat memotivasi anak untuk semakin senang dan menyukai pembelajaran Bahasa Inggris.

Kesimpulan

Anak usia dini pada dasarnya suka menyanyi dan melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan bagi mereka. Music and Movement adalah salah satu metode/teknik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris pada anak usia dini agar kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan.

Melalui nyanyian dan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, pendidik dapat menumbuhkan minat anak untuk lebih senang dan giat belajar, bahkan dapat memudahkan anak dalam memahami materi ajar yang disampaikan. Anak dibuat senang, tidak bosan, dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Metode dan teknik yang baik, menarik dan atraktif bisa bermanfaat atau tidak bagi peserta didik tergantung kepada kemampuan seorang pendidik mengaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Jadi pendidik yang professional dan berkualitas yang mampu menggunakan serta mengembangkan suatu metode pembelajaran dengan baik akan sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya pada anak usia dini.

Jumat, 21 September 2012

Topic 1; MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK ANAK USIA DINI


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
UNTUK ANAK USIA DINI


Model pembelajaran ini sengaja disajikan untuk mempermudah peserta dalam mempraktekannya di tempat masing-masing. Karena sifatnya contoh untuk itu bahan pembelajarannya disesuaikan di tempat masing-masing. Tema yang disajikan juga belum menyeluruh. Untuk itu tema-tema yang belum ada pembelajarannya bisa mengadopsi pada contoh-contoh yang diberikan.

1.      School
a. Tour of School. Ajak anak keliling dan bertemu karyawan sekolah.
b. Learning about School Helpers. Lakukan keliling sekolah untuk menjumpai school helpers(nurse, librarian, school secretary, and principal). Mintalah masing-masing helper memperkenalkan diri pada anak tentang nama, tugas dan alat-alat yang digunakan dalam bertugas.
c. Learning about School Helpers/Classification. Guru telah menyiapkan foto-foto semua school helpers dan gambar alat yang digunakan. Anak menyebut nama alat dan nama orang yang menggunakan.
d. Language Experience Story. Tulis cerita pendek tentang setiap school helper dengan bahasa yang sederhana.
e. Listening Game. Rekam suara yang familiar yang ada di sekolah, contoh suara air keran, pintu dibuka/ditutup, orang menyanyi. Minta anak mendengarkan dan mengidentifikasi suara apa.
f. School Bus. Minta pak sopir bus sekolah untuk mengajak anak keliling. Mintalah pak sopir menyebutkan bagian-bagian bus (door, steering wheel, seat bealt dll)
g. Make a School Booklet. Tergantung dari tingkat kelompoknya, anak bisa menggambar sendiri atau hanya mewarnai gambar yang sudah disiapkan oleh guru tentang kegiatan-kegiatan sekolah seperti waktu makan kue, menggambar, mendengarkan cerita, bermain diluar, atau bermain balok. Pastikan bahwa tugas guru adalah berbicara dengan anak melalui gambar tersebut. Kegiatan ini lakukan berkali-kali.
h. Labeling. Minta anak memberi nama bahan-bahan yang ada di dalam kelas.
i. Matching. Minta anak mencocokan gambar dengan objeknya yang ada di dalam kelas sambil menyebutkan namanya.
j. Following Directions. Minta anak melakukan satu, dua perintah. Contoh,”Bring me the scissors, then pick up the book.”
k. Memory Game. Siapkan tiga sampai lima bahan atau gambar dan beri nama, minta anak menutup mata lalu guru mengambil/menghilangkan satu bahan. Minta mereka membuka mata dan tanya barang apa yang hilang.
l. Sorting and Classifying. Pilih gambar-gambar yang ada hubungannya dengan sekolah dan yang tidak lalu minta anak memilih mana yang tidak termasuk di sekolah.
m. Riddles. Letakkan barang dibalik tirai. Berikan kata-kata bantuan lalu minta anak menebak nama barang tersebut.
2.      Body Parts
a. Responding to Questions Using Full Sentences. Tanya anak” What is you name?” Anak harus menjawab dengan kalaimat lengkap, “ My name is ……………..” selanjut setelah dilatih berkali-kali guru bisa mengembangkan pertanyaan seperti, “What color is your shirt? Where are your shoes? Who is sitting next to you? Supaya anak senang rekam jawaban mereka dan perdengarkan lalu minta mereka menebak suara siapa.
b. Star of the Day or Week. Pilih hari khusus untuk anak sebagai bintangnya. Pada hari yang sudah ditentukan anak sebagai bintang boleh memakai pakaian berbeda kesekolah atau membawa album keluarga, boneka, mainan. Anak bisa menunjukkannya pada yang lain dan bisa untuk display.
c. What I can Do. Siapkan gambar tentang orang yang melakukan sesuatu, tunjukkan pada anak macam-macam aktifitas tersebut seperti, menyisir rambut, naik sepeda, melukis, melempar dll. Guru member contoh, “ He is combing his hair.” Minta anak mengulang. Lalu Tanya pada mereka, “ Who can comb his hair?” Pastikan gambar terdiri dari laki-laki atau perempuan supaya anak bisa belajar hedan she.
d. Make a “Me” Book. Terdiri dari beberapa halaman didalamnya ada gambar/foto anggota keluarga, binatang kesayangan, makanan kesukaan, acara TV, dan kegiatan pengisi waktu. Buku ini bisa ditambah halamannya sesuai selera anak bisa juga ditambah potongan-potongan gambar dari majalah.
e. Mirror, Mirror: Minta anak berdiri di depan cermin lalu mintalah dia berbicara satu dua kata/kalimat tentang dirinya sendiri.
f. Same and Different. Minta dua anak berdiri di depan cermin lalu minta mereka menyebut persamaan dan perbedaan diantara mereka.
g. Describing Each Other. Minta anak berdiri berhadapan, masing mengatakan sesuatu tentang yang lain.
h. Person Collage. Beri anak gambar berbentuk lingkaran, setiap hari tambahkan bagian-bagian seperti gambar mata, hidung, mulut,. Gunakan benang untuk rambut. Bahas masing-masing fungsinya.
i. Assemble a Body. Sediakan guntingan gambar lengan, kaki, badan, kepala (bentuk semacam puzzle), minta anak menggabungkan kembali lalu bertanyalah tenatang fungsi anggota badan tersebut.
j. Body Part-Clothing. Bawa satu tas berisi pakaian yang berbeda (baju, sarung tangan, kaus kaki,celan, topi, kerudung dll). Tanyakan bagian tubuh mana yang ditutup oleh kain/barang tersebut.
3.      Grocery Store
a. Grocery Store in the Classroom. Berbelanja bisa menjadi tema kelas. Minta orang tua untuk mengirimkan pada anda kotak, kardus, kaleng dan botol plastic kosong. Buat tas belanja, nota, pencatat pembelian, uang-uangan, buah dan sayur imitasi, dan benda benda lain yang menurut anda perlu untuk pelengkap toko. Tema Grocery Store bisa menjadi tema permainan kreatif dan kegiatan berbahasa yang lebih terstruktur.
b. Shopping List Game. Beri setiap anak daftar belanja dalam bentuk gambar. Potong lima gambar sayur atau buah untuk setiap anak. Minta anak untuk mencocokkan gambar dan barang di toko, dan membayarnya. Ingat barang di masukkan dalam tas belanja.
c. Shopping by Memory. Tergantung tingkat setiap anak, minta anak membeli barang melalui perintah lisan.
d. Grocery Store Field Trip. Ini adalah kegiatan belanja sungguhan. Buat perjanjian dengan mini market, atau super market sebelum anda membawa anak berbelanja. Buat daftar barang yang mau dibeli oleh anak (contoh. Roti, makanan kaleng, minuman kotak dll). Beri setiap anak daftar belanjaan. Biarkan anak belajar membayar sendiri dan menerima pengembaliannya. Banyak supermarket yang senang dengan kegiatan ini dan dengan sukarela membantu anak-anak.
e. Food Classification by Picture. Buatlah kupon belanja dalam bentuk gambar. Lalu buatlah klasifikasi barang belanjaan dalam 3 atau 4 katagori. Contoh: buah, sayur, minuman, makanan. Gunakan 4 kardus bekas dan tempel disisinya masing-masing satu kategori. Minta anak memasukkan barang belanjaannya kedalam kardus sesuai kategorinya.
f. Guessing Game. Gunakan Grocery Store anda, beri anak kesempatan untuk berbelanja, barang yang sudah dibeli dimasukkan ke dalam tas belanjaan. Minta teman lainnya untuk menebak barang apa yang dibeli. Bantu anak dengan kata bantuan. Jelaskan, warna, bentuk, kapan dimakannya dsb.
g. Vegetable Science. Potong bagian atas kentang lalu tusuk dengan menggunakan tusuk gigi. Ambil gelas dan isi air, masukkan bagian yang ditusuk dibagian bawah. Usahakan sebagian bawah ini kena air. Minta anak setiap hari mengamati pertumbuhannya.
h. Introduce Vegetables. Tunjukkan pada anak beberapa jenis sayuran. Bisa dalam bentuk gambar, plastic atau sayuran asli. Katakan pada anak tentang bentuk, ukuran dan warnanya untuk tiap-tiap sayuran. Lalu bandingkan masing-masing sayuran atas rasa, warna dan bentuknya.
i. Music Vegetable. Minta anak membentuk lingkaran. Saat anak mendengarkan musik, gambar sayuran atau gambar buah terus berpindah dari satu anak ke anak yang lain. Saat music berhenti anak yang kebetulan memegang gambar harus menyebut nama sayuran yang dipegangnya.
j. Same and Different. Ambil dua gambar sayur/atau buah taruh di atas meja ajak anak untuk mencari persamaan atau perbedaannya.
4.      Family
a. Making a Family Album. Anak membawa foto anggota keluarganya termasuk foto anak, namun cara membawanya tidak sekaligus. Sehari cukup satu foto anggota keluarga. Bantu anak mengatakan, “He is my father.” dst.
b. Family Visitors. Pada hari saat anda meminta anak membawa satu foto keluarga. Anda bisa mengundang anggota keluarga yang ada di foto ke dalam kelas. Mungkin ibu, bapak atau nenek mereka. Anggota keluarga yang hadir tadi bisa diminta untuk melakukan kegiatan membaca buku, bernyanyi, membagi kue, atau kegiatan apapun yang menurutnya nyaman untuk dilakukan.
c. Mom/Dad Picture. Ketika anak berbicara tentang foto ibunya (geneder perempuan) suruh anak-anak membuka majalah dan menunjukkan gambar yang berjenis perempuan. Begitu juga sebaliknya bila anak berbicara tentang foto bapaknya. dst.
d. Whose Mom or Dad is It? Mintalah orang tua menulis satu paragraf pendek sedikit tentang mereka, tentang profesi, dan tentang apa yang dilakukan di rumah. Setiap hari bacalah satu dua pararagraf dan minta anak menebak orang tua siapakah yang mempunyai identitas seperti yang diucapkan guru.
e. Picture Sort. Dengan menggunakan foto keluarga yang dibawa ke sekolah sebelumnya, kumpulkan semua dan minta anak mengelompokkan menjadi dua katagori laki-laki dan perempuan. Lalu gunakan gambar-gambar barang seperti sepatu, dompet, gambar baju, celana dll, lalu minta anak untuk menyesuaikan mana gambar untuk katagori laki-laki dan mana untuk perempuan (ini untuk mengenalkan istilah He, she dalam bahasa inggris).
f. Finding Families. Tempelkan foto-foto anggota keluarga anak secara acak. Lalu tempelkan di papan display. Minta anak untuk menunjuk anggota keluarganya. Tanya siapa nama keluarga di foto tersebut, apa kesukaannya dan apa yang tidak disuka.
g. Families. Dengan menggunakan gambar, puppet, boneka kenalkan kepada anak-anak anggota keluarga: ibu, ayah, kakak dan adik. Tergantung pada kondisi keluarga di kelas, bisa juga dikenalkan kakek, nenek, paman dan bibi. Keluarga bisa besar bisa juga kecil. Keluarga bisa dipimpin satu atau dua orang dewasa, keluarga saling menyayangi, keluarga bekerja dan saling membantu.
h. Family Album. Minta anak membawa album keluarga ke sekolah, minta anak menceritakan hubungan dia dengan mereka yang ada di foto. Sebaiknya minta orang tua membuat catatan dibalik foto tentang siapa mereka supaya anda bisa membantu anak menggunakan bahasa dengan benar.
i. Family Jobs. Bangkitkan semangat anak untuk berbicara tentang pekerjaan dan tanggungjawab yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelurga. Tunjukkan tentang satu gambar dan tanyakan kegunaannya. Contoh gambar keranjang sampah, untuk apa dan siapa yang membuang sampahnya ke bak sampah.
5.      Directional and Positional Concepts.
a. Body Movement. Minta anak melakukan tindakan yang diperintahkan guru dengan menggunakan kata in dan out. Mereka bisa diminta masuk dan keluar dari teowongan, kotak atau tempat-tempat yang biasa dipakai anak untuk keluar masuk sebagai mainan. Minta anak menjawab pertanya guru, “Where are you?”
b. Object Movement. Berikan kesempatan pada anak untuk melakukan permainan dengan cara memasukkan dan mengeluarkan barang seperti spedol dan kotak, surat dan amplop, dompet dan tas dll. Mintalah anak melakukan perintah, “Put the letter in the envelope.”
c. Directional Picture. Potong beberapa gambar dari majalah yang menunjukkan posisi in dan outTunjukkan gambar pada anak dan tanyakan pada mereka,”Where is the…….?” Anak belajar menjawab dengan menggunakan konsep in dan out.
d. Slides and Stairs. Kenalkan konsep up dan down saat di playground. Anak harus diberitahu apa yang sedang mereka lakukan, dan dimana mereka menggunakan kata up dan down. Cobalah kegiatan yang sama dengan cara naik atau menuruni tangga sekolah.
e. Up and Down Walk. Berjalan-jalanlah keluar. Anak akan menemukan dan belajar apa yang ada di langit dan apa yang ada dibawah.
f. Up and Down Sorting. Bagi papan display menjadi dua lalu mintalah anak-anak menempelkan gambar dengan menggunakan double –tape sesuai dengan faktanya. Semisal gambar helicopter, awan, pesawat, burung, layang-layang, kereta, anjing, mobil, rumput dll.
g. Up and Down Object Movement. Dengan menggunakan tali ajari anak kata up and down pada balloon
h. Chair Game. Perintahkan anak untuk melakukan stand up on chair atau down di lantai. Ulangi dengan menggunakan object
i. Bottoms and Tops. Kenalkan konsep bottom dan top pada anak dengan menggunakan gambar, puzzles, meja, mainan dll. Minta pada anak untuk menunjukkan mana bagian yang di sebut buttom dan mana yang disebut top dari barang tersebut.
j. Body Part. Anak- anak dapat penyentuh bagian top dan down tubuhnya seperti kepala dan kaki.
k. Direction Draw. Buat garis di tengah-tengah papantulis. Perintahkan anak untuk membuat gambar,”Draw a circle over the line,” “Make a plus sign under the line,”
l. Action Directions. Dengan menggunakan benda konkrit, berikan perintah pada anak-anak untuk melakukan langkah-langkah seperti,”Put the book over your hand, put the scissor under under the table, put the box under the slide.”

Sabtu, 10 Maret 2012

Media Pembelajaran

Media Pembelajaran

1. Definisi media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika misalnya membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Agak berbeda dari itu semua adalah batasan yang diberikan oleh National Education Association (NEA). Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan yang dapat dikombinasikan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Sadiman et al, 2002)
2. Fungsi media
Media dapat digunakan untuk mengatasi rasa kebosanan siswa; jika siswa tertarik dengan apa yang mereka kerjakan, mereka akan menikmati proses belajar mengajar dan memahami materi yang diberikan (Ur, 1988).
Hal senada juga diungkapkan oleh DePorter dan Hernacki (2000) dalam bukunya Quantum Learning, bahwa media visual/alat peraga dapat menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental. Hal yang terpenting adalah bahwa media mampu mendorong siswa untuk berbicara, menulis; dan dengan menggunakan media proses belajar mengajar dan hubungan antara guru-siswa akan terjalin lebih efektif.
Menurut Sukartiwi (1996), ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan media yaitu:
·                   meningkatkan motivasi siswa
·                   mencegah kebosanan siswa dalam mengikuti suatu proses belajar mengajar
·                   menjadikan proses belajar mengajar berjalan lebih sistematis
·                   memudahkan siswa memahami instruksi guru dalam proses belajar mengajar
·                   memeperkuat pemahaman siswa pada konteks pelajaran yang diharapkan.
Dalam Sydney Micro Skill, media pembelajaran berfungsi untuk:
·                   membangkitkan dan menjaga ketertarikan siswa.
·                   merangsang otak siswa untuk berfikir dengan landasan yang konkrit.
·                   mendapatkan tingkat pemahaman yang tinggi secara efisien dan tingkat permanensi dalam pembelajaran siswa.
Namun demikian potensi besar media itu masih kurang dioptimalkan kegunaannya oleh para guru. Beberapa guru masih memiliki “psychological rejection” dalam penggunaannya dan kurang terampil dalam implementasinya disebabkan minimnya pelatihan yang dapat diikuti.
3. Jenis media
Media pembelajaran secara arbitrer dapat dikategorikan dalam lima kategori sebagai berikut:
a)   Visual: Gambar, sketches, ilustrasi, pola, diagram, foto, film, film strip, slide, chart,graphs (pictorial, lingkaran, balok, garis), drawings, lukisan, buletin, koran, majalah, poster, periodical, buku (teks, referensi, perpustakaan), ensiklopedia, kamus, komik, kartun, karikatur, peta (wisata, komersial atau ekonomi, politik), globe, direktori jalan, brosur perjalanan, rute dan timetable kereta dan pesawat, iklan, calender, mural, tabel, diorama, friezes, simbol (seperti x à $), demonstrasi, mimingdesk presenter.
b)   Audio (musik, kata, suara dan efek suara): rekaman, tape, radio, laporan siswa, cerita, pusi dan drama, alat musik, pre-recorded plays, laporan, diskusi.
c)   Audio-visualsound moving pictures, televisi, puppets (stickglovestring), improvized and scripted dramatizationrole playing, ekskursi, fenomena alamiah yang ditemui di sekililing, demonstrasi, LCD, dan computer.
d)   Tactilespecimen, objek, ekshibit, artifact, model, sculptured figurelive and stuffed animals, eksperimen; tools, material yang telah dikonstruksi dari suatu model, mainan, wayang dan pertunjukan wayang; mengukur dan menimbang, kebun pekarangan;templates, dan termometer.
e)   Virtual: Internet, website, e-mail, audio-video streaming, chatting, messaging, audio-video conferencing, e-newsgroup, cybernews.